Minggu, 13 November 2011

peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk membedakan yang salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuannya sangat tergantung luas pengalaman dan tingkat pendidikan, formal maupun informal, dari manusia pemiliknya. Jadi, akal bisa didefinisikan sebagai salah satu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk mengingat, menyimpulkan, menganalisis, menilai apakah sesuai benar atau salah.

Akal berasal dari bahasa arab 'aql yang secara bahasa berarti pengikatan dan pemahaman terhadap sesuatu. Pengertian lain dari akal adalah daya pikir (untuk memahami sesuatu), kemampuan melihat cara memahami lingkungan, atau merupakan kata lain dari pikiran dan ingatan. Dengan akal, dapat melihat diri sendiri dalam hubungannya denga lingkungan sekeliling, juga dapat mengembangkan konsepsi-konsepsi mengenai watak dan keadaan diri kita sendiri, serta melakukan tindakan berjaga-jaga terhadap rasa ketidakpastian yang esensial hidup ini
Akal juga bisa berarti jalan atau cara melakukan sesuatu, daya upaya, dan ikhtiar Akal juga mempunyai konotasi negatif sebagai alat untuk melakukan tipu daya, muslihat, kecerdikan, kelicikan
Akal fikiran tidak hanya digunakan untuk sekedar makan, tidur, dan berkembang biak, tetapi akal juga mengajukan beberapa pertanyaan dasar tentang asal-usul, alam dan masa yang akan datang. Kemampuan berfikir mengantarkan pada suatu kesadaran tentang betapa tidak kekal dan betapa tidak pastinya kehidupan ini
Wahyu
Dalam syariat islam , wahyu adalah qalam atau pengetahuan dari Allah, yang diturunkan kepada seorang nabi atau rasul dengan perantara malaikat ataupun secara langsung. Prosesnya datangnya wahyu bisa melalui suara, berupa firman dan melalui visi/mimpi Berdasarkan salah satu ayat dalam al-qur'an surat An-Nisa ayat 163

163. Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. dan Kami berikan Zabur kepada Daud.
B.     Antara Akal dan Wahyu
Dalam berbagai kesempatan kita sering mendengar tentang perdebatan tentang mendahulukan akal atau wahyu. Kadang ada yang ekstrim mengatakan kalau membaca Al-Qur’an jangan pakai akal, mungkin menurut mereka yang dimaksud membaca disini adalah cara menafsirkannya, Tapi kadang terpikir oleh saya tapi kalau bukan pakai akal bagaimana menghasilkan suatu ijtihad atau hasil perenungan lainnya. Meskipun hasilnya salah tentulah wajarlah karena hasil pemikiran manusia yang mana tidak selalu sempurna. Bagaimana mungkin ketika anda membaca sesuatu termasuk tulisan saya ini jikalau tanpa akal. Tapi hal ini memang ada beberapa faktor mereka mengatakan seperti itu karena tidak sedikit orang yang sesat karena terlalu mengagung-agungkan akal ini.

1 komentar:

Bayu Radix Sukses mengatakan...

ssssss

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons | Re-Editing by Bayu Radix Sukses| Re-Design by pkspiyungan